MINYAK TALA

MINYAK TALA

cupu minyak talaDikisahkan dari cerita Pewayangan, Ketika Prabu Pandu wafat, tahta kerajaan Astinapura diambil alih oleh kakak tirinya yang bernama Dretarastra, seorang Pangeran tunanetra – ayah dari para Korawa. Prabu Pandu menitipkan pusaka berbentuk Cupu yang berisi Minyak Tala (Lengo Tolo) supaya kelak diserahkan kepada 5 anaknya (Pandawa) jika kelak mereka dewasa / mapan ilmu silatnya. Minyak Tala merupakan pusaka sakti pemberian dari Langit (Kahyangan) sebagai hadiah karena Pandu pernah menumpas musuh kahyangan bernama Prabu Nagapaya.

Tetapi tahun berganti dan berlalu, Dretarasta malah mengijazahkan Minyak sakti tersebut kepada anak-anaknya sendiri, yaitu para Korawa. Mengetahui rencana tersebut, para Pandawa mengatur siasat untuk merebut Minyak Tala yang seharusnya menjadi hak mereka.

Sebelum menerima baluran Minyak Tala, mereka (Kurawa) diwajibkan untuk membersihkan diri dengan cara Mandi Jamas (mandi besar). Pada saat itulah Pandawa dengan daya kesaktiannya merubah rupa – menyamar menjadi Kurawa dan menyusup ke dalam istana, Dretarasta menyangka bahwa itu adalah anak-anaknya yang sudah selesai melakukan Mandi jamas. Ia pun menyerahkan Cupu yang berisi Minyak Tala. Namun Patih Sangkuni mengetahui penyamaran itu, menyenggol tangan Dretarasta, akibatnya sebagian Minyak Tala tumpah ke lantai. Namun Cupu berhasil diambil Pandawa kemudian langsung dibawa pergi keluar istana. Mengetehui kejadian itu, para Korawa segera mengejar Pandawa. Disaat itulah Sengkuni membuka semua pakaiannya dan bergulingan di lantai untuk membasahi seluruh kulitnya dengan tumpahan minyak tersebut. Sejak saat itu Sangkuni mendapati bahwa kulitnya kebal terhadap segala jenis senjata. Ia menjadi Patih yang sakti mandraguna.

Singkat cerita, pada saat Baratayudha – perang besar antara Pandawa vs Kurawa, tidak ada satu pun senjata yang mampu melukai Patih Sangkuni. Bahkan Bima pun kesulitan mengalahkannya. Atas wejangan dari eyang Semar (penasehat spiritual Pandawa) diketahuilah bahwa kelemahan Sangkuni ada diduburnya. Sebab dahulu, bagian itulah yang tidak terkena baluran Minyak Tala. Maka Bima pun maju kembali ke medan perang, dan berhasil menangkap Sangkuni, kemudian menusukan Kuku Pancanaka ke dubur Sangkuni. Maka seketika tumbanglah Patih Sengkuni.

Demikianlah cerita tentang MINYAK TALA yang telah menginspirasi paranormal dan praktisi spiritual: memakai Minyak sebagai sarana mendapatkan daya kesaktian dan kekebalan. Dari kisah pewayangan tersebut, para leluhur kita mengingatkan bahwa sesakti apapun ilmu kebal seseorang pada akhirnya akan tetap memiliki titik kelemahan atau pengapesan.

Dalam kitab PRIMBON JAWA yang mendokumentasikan berbagai macam ilmu-ilmu para leluhur, diterangkan tatacara membuat “ramuan” untuk kekuatan dan kekebalan badan menggunakan media herbal seperti campuran Minyak Wijen, Daun Sirih, Minyak Cendana, Benalu (kemladeyan) dan Riwana Wulung yang pada jaman sekarang sudah agak sukar untuk dicari. Campuran bahan-bahan alam tersebut kemudian dioleskan disekujur badan. Yang daya khasiyatnya untuk menangkis senjata tajam dan mimis (peluru) bedil.

Ini adalah ilmu mistik yang lahir dari kearifan lokal orang-orang jaman dahulu dalam menghadapi senjata musuh dan senapan tentara Penjajah. Sebagai orang pedesaan (petani) yang tidak memiliki kemampuan ilmu & uang untuk membuat baju zirah dari besi, –tidak menyerah oleh keterbatasan,– mereka menggunakan daya Batin yang bersinergi dengan alam untuk melindungi jiwa-raganya. Lahirlah ilmu-ilmu kadigdayan seperti Rajeg Wesi (Pagar Besi), Brajamusti, dan azimat Minyak Tala. Tujuannya bukan untuk pamer, menyombongkan diri apalagi disalahgunakan untuk kejahatan. Bila dilanggar, tuahnya akan hilang dan orang tersebut akan berakhir mengenaskan seperti Patih Sengkuni.

Tanggapan

  1. avatar riio dnt

    Qobiltu

  2. avatar Riono Spi

    qolbitu….mohon ijin untuk di amalkan

  3. avatar Yunus

    Qobiltu


Tinggalkan Balasan ke Riono Spi Batalkan balasan